Saturday 24 November 2012

Mekanisme Pertahanan Ego Kaum Senior 2



***Sebenernya ada beberapa hal yang sensitif yang sepertinya harus gue ilangin. takut dapet teguran keras boook. Namun saya tidak menutup diri untuk mendapat kritik. karna walaupun sifatnya pedas sepedas cabe rawit yang dikawin silang dengan hexos, kritik itu sangat membangun. Selamat membaca :D***

Di antara kalian, adakah yang belum pernah sama sekali mengecap pahitnya keadaan ketika dipojokkan oleh kaum senior? Yak, jawabannya gue yakin pasti semua orang pernah mengalami, tak terkecuali Adam Suseno. Anyway, kalo ngomongin masalah senioritas-junioritas di Indonesia kayaknya emang nggak akan pernah ada habisnya deh, dan pasti junior itu harus selalu kalah dan ngalah. Hal ini gue pikir sejenis kayak “mekanisme pertahanan ego kaum senior”. Si junior harus dan wajib ‘ain buat memenuhi semua perintah si senior. Apabila si junior sekali saja menolak apa yang diminta oleh si senior, maka laut akan terbelah, kemudian keris empu gandring dengan dahsatnya bisa terhujam tepat di jantung junior, lalu dengan gagahnya si senior berkata, “Beri aku 1 junior yang membangkang lagi, maka akan aku rebut Ashanti dari tangan Anang!” Oke, gue mulai ngelantur. Yang jelas, rasa pahit menghadapi senior yang kejam itu kayak minum kopi hitam pekat dan pahit sambil ngemil brotowali.
Unfortunately, as long as I know, senioritas-junioritas itu sudah diperkenalkan sejak dini di Indonesia. Kalian menyadari nggak sih, kalau semenjak duduk di bangku SD sampe duduk di bangku perkantoran, senioritas dan junioritas tak pernah lekang oleh waktu.
Menurut pengamatan gue selama ini, ada 2 macam tipe junioritas-senioritas di bumi ini. Yang pertama, soal umur yang lebih tua. Kalo ini bisa dilihat di mana-mana, dari mulai angkutan umum sampe angkutan pembuangan hajat alias toilet. Makin banyak umurnya, makin banyak ubannya, makin banyak keriput di mukanya yang melebihi banyaknya angka jomblo di Indonesia, makin dihormati, ditakuti, dan diseganilah mereka. Bisa dibilang mereka ini adalah senioritas murni. Kata-kata yang keluar dari mulutnya yang manis semanis janji-janji pejabat, nggak terbantahkan. Apapun yang terjadi, apa yang mereka titahkan dan lakukan adalah benar adanya. Tipe senior yang semacam itu mayoritas ada di sekolah, kampus, dan tempat-tempat umum lainnya, termasuk WC umum.
Yang kedua adalah senioritas karena jabatan yang lebih tinggi. Gak peduli umurnya lebih muda, kalo jabatannya lebih tinggi dari sasakannya ibu Ani Yudoyono, tetep aja disegani dan ditakuti junior bawahannya. Tipe-tipe kayak gini kebanyakan adanya di perkantoran. Dan sebagai bidan yang kerjaannya nggak jauh-jauh dari rumah sakit, hal semacem itu udah kayak kacang, banyak banget! Yang paling sering kena omelan senior tuh ya mahasiswa praktikan kebidanan, keperawatan, co-ass, dan sejenisnya yang nggak bisa diabsenin satu-satu di sini.
Mahasiswa yang statusnya cuma numpang belajar di rumah sakit doank tuh ya sudah pasti dan tak bisa terelakkan bakalan dapet perlakuan yang kurang menyenangkan dari seniornya, maksudnya yang punya jabatan dan kerja di instansi rumah sakit tersebut, kecuali kalo mahasiswanya itu anak pejabat, dijamin kulit mulus bebas bulu. Intinya, dulu jaman gue jadi mahasiswa kroco, sudah jadi makanan sehari-hari bahasa kasarnya ditindas oleh ibu-ibu dan mbak-mbak bidan maupun perawat. Kalo anak-anak co-ass yang kroco, mereka jadi bahan makanan sehari-harinya para dokter, dan berasa jadi piala dunia oleh bidan dan perawat setempat. Apalagi kalo si co-ass nya ganteng macem Taylor Lautner atau cantik macem Ken Dedes jaman masih perawan. Yah begitulah hidup. Menjadi nomor dua itu emang nggak enak, tapi herannya mbak Astrid kenapa bangga banget nyanyi “Jadikan aku yang kedua”. Padahal Rhoma Irama aja pengen jadi orang nomor satu di Indonesia, walau hanya bermodalkan gitar dan karpet di dadanya. Ups!
Baiklah, untuk selajutya gue akan membuktikan dengan menjabarkan satu persatu senioritas-junioritas yang sudah mendarah daging di kalangan pelajar Indonesia tercinta ini. Seperti yang kalian ketahui, sesungguhnya pem-bully-an yang dilakukan oleh para kaum senior terhadap juniornya itu adalah tindakan yang nggak logis, hanya karena ingin dianggap memiliki power dan keberadaannya diakui oleh warga sekitarnya. Guobloknya lagi, pem-bully-an oleh senioritas itu cuma karena persoalan sepele yang cenderung norak bin alay bin lebay bin nggak masuk akal bin masuk angin bin sakit wal sekarat. Berikut ini adalah contoh nyata di kalangan pelajar dari SD-SMA, berdasarkan pengalaman gue yang hobi menjadi pengamat alias observer yang banyak makan asam garam dan asam lambung dan…….asam asam pisang pisangku belum masak…

Contoh-contoh nyata di TKP, Gaaaaaaan:
1.      Kita mulai dari jaman SD alias Sekolah Dasar alias akil baligh aja belom.
Jaman gue SD kelas 4, gue punya temen, sebut saja Anisa. Dia dilabrak oleh kakak kelas 5 di kamar mandi sekolah hanya karena seorang cowok, sebut saja Morgan. Jadi, kakak kelas yang bernama Nunung menuduh bahwa Anisa adalah sesosok adek kelas yang kecentilan hingga pada akhirnya Morgan yang kece badai dunia akherat di sepanjang segala abad itu lebih memilih untuk jatuh di pelukan Anisa daripada dirinya. Dalam hal ini yang disalahin adalah Anisa sebagai adek kelas, dia nggak mau liat dari sudut pandang si cowok, Morgan. Ya kalo menurut gue apa pentingnya sih ngrebutin cowok? Mungkin, dugaan gue, Nunung selalu berpikir bahwa cuma tinggal tersisa 1 cowok di dunia ini. Pada sisi ini, Nunung sebagai kakak kelas memanfaatkan label “senior”-nya sehingga dia berani ngelakuin apa yang menurut dia baik buat dirinya, namun dia nggak mementingkan nasib juniornya. Gue masih inget lho, sampe temen gue si Anisa itu nggak berani berangkat sekolah hanya karena taku dilabrak lagi oleh Nunung.

2.      Baiklah, sekarang gue mulai lagi dari jaman SMP. Jamannya Peterpan yang digawangi Ariel meroket tajam, setajam silet.
Temen SMP gue, sebut saja Mawar, Mahir Menawar, ini beneran di usianya yang baru 12 tahun, dia lihai banget nawar harga di pasar, entahlah mungkin ibunya telah mewarisi jurus tawar menawar pada dirinya. Di samping mahir menawar, Mawar juga merupakan sosok gadis SMP yang tidak diragukan kecantikan luarnya, luarnya lho ya, kalo dalemnya mah gue sama tetangga gue juga nggak tau. Oleh karena kecantikannya yang semena-mena, dia dilabrak dan diteror oleh kakak kelas dengan alasan, kakak kelas nggak suka sama temen gue, karena dia cantik dan dianggap suka tebar pesona kepada para kakak-kakak kelas cowok yang notabene mereka cukup bening dan merupakan vitamin A 1 juta IU deh, pokoknya bikin minus mata berkurang. Suatu kejadian yang lagi-lagi cukup janggal wal enggak masuk akal apalagi masuk angin. Ya menurut kalian, salah siapa kalau ada seseorang yang cantik di muka bumi ini? Hah?! Apa itu salah orang tuanya bisa memproduksi makhluk mempesona 5 purnama 6 mentari 7 simpati 8 axis? (lha kok jadi ngabsenin provider gini?) Lalu, ataukah itu salah Allah yang menciptakan mahkluk layaknya bidadari? Enggak kan? Trus apa urusannya juga si kakak kelas ngelabrak adek kelasnya hanya karena alasan tolol yang menurut gue itu kelakuan orang nggak punya kerjaan dan suka nyari musuh! Oh meeen, kalian liat deh remaja-remaja di Palestine yang bahkan setiap harinya diliputi rasa ketakutan akan keamanan dirinya maupun keluarganya. Mereka bahkan hanya menginginkan kedamaian seumur hidupnya, sementara kalian remaja Indonesia hobi banget sih nyari musuh?! Anyway, menurut kacamata gue, ini adalah alasan senior dalam proses denial. Mereka menolak kehadiran seseorang yang mungkin akan menjadi lawannya, dalam hal ini adalah dalam rangka merebut hati seorang lelaki yang diidam-idamkan. So, untuk bisa survive, yang mereka lakukan adalah melakukan segala cara termasuk menganiaya batin adek kelas.

3.      Di kalangan pelajar SMA, jaman belum ada Friendster, apalagi Twitter.
Gue dan temen-temen SMA lainnya juga merasakan hal yang sama, dengan alasan untuk pembentukan mental yang tangguh, maka dari mulai OSPEK sampe punya adek kelas dan kakak kelas, kami sering banget dapet makian dan dibully secara terang-terangan maupun terselubung. Gue nggak yakin kalo itu semata-mata untuk pembentukan mental, bahkan keyakinan gue menyatakan bahwa hal tersebut hanya karena keinginan untuk balas dendam atas apa yang telah mereka terima dari kakak kelas mereka. Hal yang aneh namun sudah lumrah di kalangan pelajar di Indonesia, sama lumrahnya kayak menu daun singkong dan cabe ijo di masakan padang.


So, di jamannya Jokowi bukan lagi menjadi perjaka, apa masih layak adanya senioritas-junioritas? Apa kalian masih suka memplonco junior kalian demi sebuah penghargaan semu dari orang-orang sekitar? That’s a question of life! *macak ala Deddy Corbuzier*

No comments:

Post a Comment