Sunday 15 January 2012

BALADA KEGALAUAN SATNITE (baca:SADNITE) DAN KETEMU POCONGGG

Seperti yang udah pernah gue katakan di postingan blog gue sebelumnya bahwa biasanya kalo malem minggu, gue selalu dikasih jadwal jaga malem di puskesmas mergangsan, dan tiap kali gue ada masalah, di puskesmas Mergangsanlah gue bisa melupakan masalah tersebut. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada pasien, bikin gue lupa akan masalah yang gue miliki. tapi sejak tanggal 31 desember itu tiap satnite gue nggak jaga malem lagi, dan “satnite” gue berubah jadi “sadnite”.

Eaaa, penggalauan berjamaah pun dimulai…

To tell the truth, so difficult to say that I’m jomblo. Gini aja deh, mulai sekarang kita ubah mind set kita tentang ‘jomblo’, dengan mengganti kata ‘jomblo’ dengan ‘LDR’. Soalnya seolah-olah orang itu menganggap status jomblo adalah status hina dunia wal akhirat. FYI, LDR gue singkat dengan Long Dimension Relationship. Inget ya, bukan Distance tapi Dimension. Kenapa “dimension”? Ya karena buat orang-orang yang belum punya pacar pada saat ini, cuma terhalang oleh dimensi aja, dimensi waktu. Ya ibaratnya, gue ada di masa kini, cowok gue sedang menanti di masa datang. Kalo “distance” kan jelas, pacarannya terhalang jarak, nah kalo “dimension” kan jelas gak terhalang jarak tapi terhalang dimensi waktu. Bisa jadi orang terdekat saat ini bisa jadi pacar kita.

eunggg kita samakan persepsi aja yah, bagi lo yang nggak setuju pacaran sebelum nikah, lo bisa ngubah mind set lo bahwa kata-kata “pacar” di sini adalah pacaran setelah nikah. Dan nggak masalah kan buat lo yang setuju-setuju aja gue tulis kata “pacar” di sini? Oke, deal ya?

Buat gue setiap orang kadar galaunya beda-beda. Karena nggak semua orang punya masalah yang sama, dan nggak semua orang pun punya status relationship yang sama. Kalo lo nanya, ada berapa kadar galau gue, jujur gue katakan, kadar galau gue cuma 5 % sesuai dengan taraf signifikan, sisanya p-value nya sebanyak 95% saja. Logikanya, probabilitas atau kemungkinan galau gue adalah 95%, jadi gue lebih banyak angka mungkin galau-nya. Angka yang cukup dan bisa dibilang fantastis. Haha.

Galau itu nggak melulu karena nggak punya pacar, digantung pacar, putus sama pacar, diduain pacar, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan asmara. Galau itu bisa juga hadir oleh karena masalah keluarga, pertemanan, keuangan, atau bisa jadi masalah di sekolah.

dan kalo galau, gue nggak pernah memutuskan untuk ke kamar mandi, buat mandi, nangis sambil showeran, kayak di sinetron tivi atau kayak film AADC ituloh si temennya Cinta, tau kan? yang sampe ngiris venanya, di bawah shower usaha bunuh diri karena galau. gue sih parno aja gitu kalo galau, trus mandi di kamar mandi, sambil showeran. gue parno sama cicak yang nontonin gue. kebayang nggak sih lo? gue lagi bugil sambil nangis dan dengan santainya ada cicak lagi nontonin gue sambil berkata dalam hatinya, "semoga anak cucu keturunanku nggak ada yang lebay selebay makhluk sexy yang ada di hadapanku ini".

dan yang paling asyik itu, ketika hujan. buat gue, hujan adalah background tepat di kala galau hadir. seolah, hujan itu adalah pengirim pesan terbaik untuk menyampaikan rindu pada seseorang, atau hanya untuk sekedar pendengar setia ketika kita curhat di kala hati ini galau yang bukan melulu karena masalah cinta.

eniwei, kalo ngomongin soal galau, gue selalu keinget sama @poconggg. Lo tau kan account @poconggg di twitter yang memproklamirkan diri sebagai penulis tanpa tangan di bio-nya? Yak, pemiliknya si Arief Muhammad adalah penulis favorite kedua gue. Yang pertama tentu aja @radityadika . @poconggg adalah merupakan salah satu penulis yang terkenal berkat keisengannya nulis-nulis di blog dan twitter. 

Tanggal 3 januari kemaren, Arief “poconggg” ngadain talkshow bukunya di acara Grebeg Buku Jogja di Gedung Mandalabhakti Wanitatama. Gue yang udah berstatus sebagai bidan, yang bukan remaja ababil lagi, tetep aja rela-relain ngantri buat dapet tandatangan dan bisa foto bareng dia. Dan FYI, gue kesana bareng temen gue, winda “bundo” yang juga adalah bidan.

Yang gue takjub banget, sepertinya gue merasa bahwa gue adalah makhluk tertua di sini. Kebayang nggak sih lo ada di antara abege-abege berusia belasan yang masih berseragam putih – biru, putih – abu2, bahkan ada juga yang masih SD. Mereka para ababil itu teriak-teriak gini: “Ariiiipppp, lo ganteng banget sih? Poto bareng donk!!” atau ada lagi “Ariiipppp lo putih banget ternyata, senyum lo bikin galau!” atau ada juga yang bilang “Ariiippp, jomblo ngenes itu gue banget! Kita sama Riippp!!!”

Gue nggak ngebayangin, mereka pulang sekolah, masih pake baju seragam, langsung meluncur ke wanitatama cuma buat ketemu @poconggg si arief jomblo ngenes! Mereka nggak ditanyain orang tuanya ya?

 tuh dia gambar ratusan bocah sekolahan ngantri buat ndapetin tandatangannya poconggg


 kalo ini foto mesra gue bareng arief. haha

 gue, arief, winda bundo


 kalo yang ini foto bareng @kintisimilikiti, penulis juga.. dan gue rasa, baju kuntilanak lebih sopan daripada baju cewe2 abege jaman sekarang.. nggak menonjolkan lekuk tubuhnya lho si kuntilanak ini..

SAYONARA PUSKESMAS MERGANGSAN :(

Per 31 desember 2011 silam, gue udah nggak magang di puskesmas mergangsan lagi. Ya walaupun cuma 4 bulan gue magang di sana, dari sebelum wisuda, gue udah merasakan kenyamanan di sana. Gue sedih ketika kontrak gue udah habis, gue nangis ketuban dan hampir mimisan sebaskom. Gue masuk ruang VK dan gue showeran air klorin, dan luluran mekonium. *lebay,gak usah percaya*

Pada saat gue berencana dan berniat untuk perpanjang kontrak, gue dihadapkan dengan kata-kata yang agak nggak enak didenger dari seorang pegawai (bapak-bapak) di sana, “Lho kamu kan kontraknya dari awal cuma 3 bulan, ini aja udah saya kasih injury time 1 bulan. Ya kalo kamu mau perpanjang sih boleh-boleh aja, tapi ngantri banyak banget. Tuh ada setumpuk yang mau magang di sini. Ya kasih kesempatanlah buat temen-temen lain yang mau magang juga. Kamu udah dapet banyak pengalaman kan di sini? Kalo kamu mau, bulan februari dapet jatahnya, tapi saya juga nggak yakin, soalnya ada juga yang mau masuk februari.” Berdasarkan kata-kata bapak itu yang panjang dan cenderung mbulet, yang nggak pasti juga, ya UAS aja deh, Udah Akhiri Saja.

Buat gue, puskesmas mergangsan memberikan kesan tersendiri. Karena di sini, gue belajar banyak yang nggak gue peroleh dari jaman praktek klinik selama kuliah. Di sini gue temukan beragam pasien yang gue anggap sebagai guru gue. Coba bayangkan mana ada pasien yang mau perineumnya dijahit oleh bidan kacangan yang baru lulus 3 minggu yang lalu? Dan gue njahit secara keseluruhan! Ternyata di sini ada, mereka memberikan kepercayaan buat gue untuk belajar. Karena mereka, gue bisa belajar banyak di sana.

Dokter residen obsgyn di sana pun menyenangkan. Masing-masing dokter memberikan kesan beragam yang nggak akan terlupa di ingatan. Dari mulai yang cakep, yang jelek ngaku cakep, yang pinter, sampe yang judesnya mirip mak lampir beranak di jamban pun ada. Oke, now I’m going to say thank you to dr. Dito, dr. Rosa, dr. Dhana, dr. Ari, dr. Lili, dr. Fahmi, dr. Herlina, dr. Tedjo, dr. Luga. (yang nggak gue sebut namanya, berarti merekalah yang ‘jelek ngaku cakep’, atau yang ‘judes mirip mak lampir beranak di jamban’). Terimakasih untuk bimbingan dan ilmu yang diberikan untuk saya dan teman-teman. Semoga sukses di kemudian hari.

Yang jelas dari semua yang membimbing, ngasih masukan, saran, dan kritik, ya Bidan-bidan Mergangsan lah yang berperan. Di awal gue magang, gue berencana bahwa mergangsanlah tempat latihan gue untuk persiapan uji kompetensi. Dan nyatanya memang bener, bidan-bidan mergangsan berperan banget membantu gue untuk bisa lolos uji kompetensi. Nggak hanya itu, peran untuk membimbing pun nyata terlihat, dari yang awalnya gue nggak terlatih untuk nolong persalinan, untuk haecting, untuk ngasih asuhan kebidanan, sampe akhirnya gue rasa gue cukup mampu untuk melakukan itu. Ya walaupun gue sadari banyak hal yang belum bisa gue lakukan, tapi setidaknya gue sedang dalam tahap berusaha. Mereka memberikan kepercayaan ke gue dalam pengambilan keputusan klinik, walaupun memang tidak sepenuhnya, tapi gue belajar bertanggung jawab atas itu semua.

Pada akhir magang, gue merasakan ketidaknyamanan oleh karena suatu hal, tapi di luar semua itu, I wanna say I love you my big mommas! The best midwives ever! The friendly – midwives ever! Bu Rini, Bu Puji, Bu Sufi, Bu Yam, Bu Sumiyati, Bu Nunung, Bu Dwi, Bu Yuni, Bu Sumilah, Mbak Sherly. Terimakasih atas semuanyaaaaaaa