Thursday 17 September 2015

Mitos Kehamilan: Berhubungan Seksual di Awal Masa Subur Menghasilkan Bayi Laki-laki, Mungkinkah???

Haiiii everybodeeeehhhhh... gue punya project pembuatan buku lagi nih yang konsepnya berbeda jauh dengan buku sebelumnya, doakan yaaa semoga cepet selesai dan bisa berkontribusi dalam dunia pendidikan kebidanan di Indonesia, aamiin.. hehhe.. (yang mau ikut meng-aamiin-i gue doain buat yg jomblo segera dapat pasangan, yang udah nikah semoga langgeng sampe akhir hayat)

Pada postingan kali ini, gue akan kasih spoilernya terkait mitos yang sering beredar pada kehamilan, tapi 1 dulu aja yaahhh..


MITOS:
Berhubungan seksual di awal masa subur, maka bayi Bunda dan suami adalah laki-laki, sementara jika di akhir masa subur maka bayi Bunda dan suami adalah perempuan.

FAKTA:
Mitos di atas merupakan mitos lama yang masih diceritakan secara turun temurun dan dipercaya oleh beberapa masyarakat. Sejauh ini, 15 tahun yang lalu pernah ada penelitian tentang hal tersebut oleh Allen J dkk yang juga pernah di-publish di The New England of Medicine Journal. Hasil penelitian tersebut adalah tidak ada ada hubungan antara berhubungan seksual di masa subur dengan jenis kelamin bayi, tetapi ada pengaruhnya antara hubungan seksual pada saat ovulasi dengan timbulnya kehamilan.



Penjelasan Klinis:

Pada dasarnya, jenis kelamin bayi ditentukan oleh tipe kromosom dari sperma laki-laki yang bertemu kromosom dari sel telur wanita. Selain jenis kelamin, kromosom juga menentukan ciri-ciri fisik manusia seperti warna mata, rambut, hingga tinggi badan.
Kombinasi kromosom X dan kromosom Y membentuk jenis kelamin laki-laki, sedangkan kombinasi dua kromosom X membentuk jenis kelamin wanita. Tiap sel sperma akan mengandung antara satu kromosom X atau satu kromosom Y. Sementara tiap sel telur wanita mengandung satu kromosom X. Saat terjadi pembuahan, sperma-sperma yang mengandung kromosom X maupun Y secepatnya bergerak menuju sel telur. Namun hanya ada satu sperma dengan salah satu kromosom yang akan bersatu dengan sel telur dan menjadi janin.

Bayi laki-laki atau perempuan ditentukan oleh sperma manakah (X atau Y) yang lebih dulu mencapai sel telur. Jika sperma dengan kromosom Y berhasil terlebih dahulu mencapai sel telur, maka janin akan berkromosom XY, sehingga Bunda akan mengandung bayi laki-laki. Namun jika sperma dengan kromosom X lebih dulu bertemu sel telur, maka janin akan berkromosom XX dan menjadi bayi perempuan.
Mitos di atas sering terdengar di kalangan masyarakat luas oleh karena teori bahwa pada saat ovulasi, vagina dan cairan pada leher rahim berada pada kondisi basa atau alkali, sehingga lebih memungkinkan sperma berkromosom Y bertahan, maka janin kemungkinan akan berkromosom XY dan berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, jika ingin bayi perempuan, dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual lebih jauh dari masa ovulasi, karena janin akan berkromosom XX dan berjenis kelamin perempuan.

Tetapi berdasarkan faktanya, seperti penjelasan sebelumnya, bahwa menurut penelitian yang pernah dilakukan, tidak ada hubungan antara melakukan hubungan seksual pada saat ovulasi dengan penentuan jenis kelamin bayi.


Nah, gimana gaes, udah paham belum dari penjelasan di atas? semoga kalian yang tjantik dan tjakep serta sholehah dan sholeh bisa bantu perpanjangan tangan untuk memberikan informasi ke saudara2nya yaaahhh... i love you bebebbb bala bala :*



Salam ketjup mandja~~~
---Gita Okinarum---

No comments:

Post a Comment